Beriman Kepada yang Ghaib


Tentang beriman kepada yang ghaib, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di awal surat Al-Baqarah,

الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2} الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ  يُنْفِقُونَ {3} وَالَّذِينِ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوِقنُونَ {4} أُولَـئِكَ عَلَى هُدًى مِن رَبِّهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Alif lam mim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum mu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 1-5)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah menegaskan, bahawa salah satu dari sifat seorang mukmin adalah bagaimana dia dapat mengimani hal yang ghaib, yaitu dengan cara membenarkan segala yang telah dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mengenai hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau hal-hal yang telah terjadi maupun yang akan terjadi; keadaan akhirat, hari kebangkitan, surga, neraka, shirat, dan hari perhitungan, dan lainnya dari hal-hal ghaib. Begitu juga tentang keberadaan jin; sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Ar-Rabi’ bin Anas dan juga Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan ayat ini.

Dan termasuk bentuk keimanan terhadap hal yang ghaib, sebagaimana keyakinan dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah, adalah meyakini bahwa yang mengetahui yang ghaib hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ini termasuk sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling khusus, yang tidak ada seoarang makhluk pun dapat menyamai-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَايَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Katakanlah (hai Muhammad), ‘Tiada siapa pun, baik di langit maupun di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui sehingga mereka dibangkitkan’.” (QS. An-Naml: 65)

Dan juga Firman-Nya,

قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ

Katakanlah (hai Muhammad), ‘Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahsia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, aku idak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku’.” (QS. Al-An’am: 50)

Ayat-ayat ini sangatlah jelas, bahwa tidak ada yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah; tidak para nabi, tidak para malaikat, tidak para wali, dan tidak seorang pun yang bisa mengetahui yang ghaib. Apabila ada hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hal itu karena beliau telah diberitahukan Allah, bukan berarti beliau mengetahui yang ghaib.

Maka barangsiapa berkeyakinan bahwa dirinya atau orang lain bisa menguasai hal ghaib atau mengetahui hal-hal yang ghaib, berarti dia telah kufur, karena hal ini termasuk hal yang tidak pernah diberitakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada siapa pun; tidak kepada para malaikat yang dekat dengan-Nya dan tidak juga kepada para rasul yan diutus-Nya.

Bila ada orang yang mengatakan bahwa hari kiamat akan terjadi tahun 2050 misalnya, maka dengan sangat yakin kita katakan bahwa dia seorang pendusta. Dan begitu seterusnya.

Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, yang merupakan hamba Allah yang paling dicintai-Nya, tidak mengetahui hal-hal yang ghaib selain yang diwahyukan kepada beliau, maka bagaimana dengan orang-orang selain beliau? Tentu mereka pasti lebih tidak tahu. Bahkan dengan jelas dan terang beliau menafikan bahwa beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Perhatikan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut,

قُل لآَّأَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَامَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah (hai Muhammad), ‘Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku dan tidak (pula kuasa) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.”  (QS. Al-A’raf: 188)

Ma’asyiral muslimin, rahimakullah

Ada pun hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh para nabi dan rasul, sebagaimana Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada umatnya tentang tanda-tanda hari kiamat, tentang adanya surga dan neraka, tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur, dan juga rasulullah pernah memegang leher Jin Ifrit ketika beliau diganggu oleh jin tersebut di dalam salatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan juga hal-hal yang ghaib lainnya, maka yang demikian itu tiada lain hanyalah sebagai salah satu tanda kenabian dan keistimewaan bagi beliau, dan hal ini hanyalah sebagai wahyu Ilahi, sebab beliau tidak bertutur kata melainkan berdasarkan bimbingan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا {26} إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang hal yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin: 26-27)

Jamaah salat rahimakumullah

Namun sangat disayangkan, masih banyak di antara kaum muslimin yang percaya cerita-cerita khurafat, tahayul, mistik, dan cerita-cerita syirik jahiliyah. Misalnya berkeyakinan bahwa ada di antara manusia yang dapat mengetahui hal yang ghaib, bisa mengetahui nasib seseorang, mengetahui hal yang akan datang, bisa melakukan penerawangan dan bahkan mengaku bisa melihat makhluk-makhluk ghaib. Fenomena demikian terjadi di sekitar kita, apalagi dengan adanya sekian banyak bentuk tayangan media, baik cetak maupun elektronik yang menggambarkan cerita-cerita demikian, justru semua itu menjadi lebih parah dan seolah-olah telah (melegitimasi) menjadikan sesuatu yang sahih atau sah berasas bahwa itu adalah benar, padahal justru sebaliknya, keyakinan-keyakinan yang demikian adalah penyimpangan yang sangat berbahaya terhadap akidah dan keyakinan seorang muslim.

Pada dasarnya yang mereka lakukan itu tiada lain hanyalah tipu daya jin dan propaganda setan untuk menggiring kaum Muslimin, agar jauh dari tuntunan Alquran dan sunah, kemudian terjerumus ke lembah kesyirikan dan tenggelam ke dalam lumpur kekufuran. Karena hal ini merupakan perbuatan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam perkara yang menjadi kekhususan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu mengetahui hal yang ghaib.

Cobalah perhatikan peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau seorang tukang ramal, kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 9252; At-Tirmidzi no. 135; Abu Dawud no. 2904; dan Ibnu Majah no. 639. Dan disahihkan oleh Al-Albani).

Di antara kita barangkali ada yang bertanya, “Kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengafirkan orang yang datang dan membenarkan perkataan seorang dukun atau seorang tukang ramal, pada hal orang tersebut tidak menyembahnya, tidak bersujud kepadanya, tidak ruku di hadapannya?”

Sebabnya adalah, karena orang tersebut telah menganggap bahwa sang dukun atau tukang ramal tersebut mengetahui hal-hal yang ghaib. Sedangkan meyakini bahwa ada yang mengetahui hal-hal ghaib selain dari Allah adalah kufar, dan itulah sebabnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengafirkan orang yang melakukannya.

Jamaah  yang dirahmati Allah

Mudah-mudahan khutbah singkat ini dapat menyadarkan kita kembali akan poin akidah yang haq ini yaitu, seorang mukmin wajib beriman terhadap hal-hal yang ghaib, bahkan itulah salah satu ciri orang-orang yang beruntung. Kemudian ingat pula bahwa tidak ada yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah. Ini sangat penting untuk kita pegang teguh, karena klaim mengetahui yang ghaib telah tersebar luas di tengah kita atas nama zodiak atau atas nama mencari jodoh, dan lain sebagainya.

Untuk kesekian kali khatib mengingatkan, tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.





Fast Link :

Aku Kah ini (ß Klik Sini)
  DuniaMotorsikal (ß Klik Sini)
Mount FujiJepun (ß Klik Sini)
Reunion 50Tahun SKBRU (ß Klik Sini)
Mount CookNational Park, New Zealand (ß Klik Sini)
GTROC Gathering 07 Kuala Terengganu 2020 (ß Klik Sini)
Pendakian Gunung Rinjani (ß Klik Sini)
Boheydulang Semporna (ß Klik Sini)
Pendakian Gunung Tahan  (ß Klik Sini)
Sifat Dua Puluh (ß Klik Sini)

Bilangan Pelawat di blog ini :- 

free counter


No comments:

Post a Comment

Belajar Tauhid

 Bolehkah belajar melalui media masa ke? ini hujah oleh Ustaz Iswardi Awal-awal bertauhid mengenalkan asal usul diri ( Ceramah oleh Ustaz Is...